1. Apa
Perbedaan antara ilmu, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan?
Jawab :
Pengetahuan adalah apa yang
diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan
itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses
usaha manusia untuk tahu. Dalam perkembangannya pengetahuan manusia
berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan dan
wawasan. Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan
contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan),
praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika dan statistika
merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya
bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat ilmu.
Setiap ilmu (sains) adalah
pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu
adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. adapun cara
menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu adalah pengetahuan itu harus
dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh
matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang
ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan
tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang
banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah.
Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun
pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan
lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
Untuk bepengetahuan seseorang cukup
buka mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk
berilmu, maka metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka mata, buka
telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan. Seseorang
yang ingin berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir manusia
berilmu, menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan langkah
terakhir manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan, membuat
pembahasan secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu yang
ditemukannya sendiri.
2.Apa yang dimaksud dengan:
• Metode Ilmiah
Jawab :
Metode ilmiah boleh dikatakan
suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang
sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian
sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang
dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah,
pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti
menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Menurut Almadk
(1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk
memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode
ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam
Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/ 14:15
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/ 14:15
• Cara berfikir analisis , sintesis,
induktif, dan deduktif
Jawab :
Analisis
Secara etimologis, kata ‘analisis’
yang dalam Bahasa Inggris ‘analysis’ berasal dari leksem bahasa Yunani analyein
(gabungan morfem ana- dan lyein) berarti
‘melonggarkan’ atau ‘memisahkan’ (memisahkan keseluruhan menjadi
bagian-bagian). Dalam Kamus Meriam-Webster (2009: CD-ROM version), kata
‘analisis’ memiliki beberapa dimensi makna. Dua di antaranya yang berkaitan dengan
filsafat dimaknai dengan “a method in philosophy of resolving complex
expressions into simpler or more basic ones” (metode dalam filsafat yang
menguraikan ungkapan yang rumit ke dalam bentuk yang lebih sederhana atau yang
lebih mudah) dan“clarification of an expression by an elucidation of its use in
discourse” (klarifikasi ungkapan dengan cara menjelaskan penggunaannya dalam
wacana). Selain itu, dalam konteks kebahasaan, ‘analisis’ dimaknai sebagai
penyederhanaan bentuk kata dengan memisahkan akar kata dari imbuhannya sebagai
salah satu metode bedah bahasa.
Sintesis
Sintesis merupakan bentuk lain dari
kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana, Russel menyatakan bahwa
sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas dasar empirik. Meskipun
demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah
pengertian yang dikemukakan.
Induktif dan
Deduktif
Pada hakekatnya, berpikir secara
ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif.
Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme.
Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan empirisme,
karena kebenaran dengan cara berpikir ini bersifat relatif atau tidak mutlak.
Oleh karena itu, seorang sarjana atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati dan
mengakui adanya kebenaran mutlak yang tidak bisa dijangkau oleh cara berpikir
ilmiah.
Induksi merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Sementara deduktif merupakan cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Induksi merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Sementara deduktif merupakan cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
http://belajarbersamauntuklebihbaik.blogspot.com/2011/10/contoh-berpikir-induktif-dan-deduktif.html 14:25
3.Sebutkan masa/era perkembangan teknologi!
Jawab
:
Tahun
3000 SM
Bangasa
Sumeria merupakan bangsa yang pertama kalinya telah berkomunikasi dengan sebuah
tulisan dengan menggunakan symbol-simbol piktograf sebagai huruf. Simbol atau
huruf-huruf tersebut juga mempunyai bentuk dan bunyi yang berbeda (penyebutan),
sehingga tulisan-tulisan tersebut terangkai menjadi sebuah kata, kalimat dan
bahasa yang mempunyai arti.
Tahun
2900 SM
Pada
tahun 2900 SM bangsa Mesir kuno telah menggunakan huruf-huruf hieroglif untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Huruf-huruf hieroglif terdiri dari
simbol-simbol objek, seperti perkakas, binatang dan atau kapal-kapal.
Huruf-huruf hieroglif juga menggunakan simbol-simbol ide dan emosi seperti
sebuah gerakan, waktu juga perasaan gembira. Ketika simbol-simbol hieroglif
digabungkan maka akan terciptalah bagaimana cara pengucapannya serta
menunjukkan arti yang berbeda. Bentuk tulisan dan bahasa hieroglif ini lebih
maju dibandingkan dengan tulisan bangsa Sumeria.
Tahun
500 SM
Masa
ini ditandai dengan pengenalan pada media informasi yang sebelumnya menggunakan
lempengan tanah liat. Pada masa ini manusia sudah mengenal media untuk
menyimpan informasi yang lebih baik dari serat pohon. Salah satunya adalah
serat papyrus yang berasal dari pohon papyrus yang tumbuh disekitar sungai nil
ini untuk dijadikan media menulis/media informasi pada masa itu. Serat papyrus
lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah sebagai media
informasi. Selanjutnya, serat papyrus juga merupakan cikal bakal media yang
kita kenal sekarang ini yaitu kertas.
Tahun
105 M
Pada
tahun/masa 105 M, bangsa Cina menemukan kertas. Kertas tersebut terbuat serat
bambu yang dihaluskan, disaring, dicuci lalu kemudian diratakan dan
dikeringkan. Penemuan ini juga memungkinkan sistem pencetakan yang dilakukan
dengan menggunakan blok kayu yang ditorehkan dan dilumuri tinta atau yang
sekarang kita kenal dengan sistem cap.
Pada masa ini, bangsa Hindus di India
telah membuat sistem bilangan 9 digit yang sampai saat ini kita gunakan. [MG]
4.Apa saja kriteria seorang disebut miskin (menurut Pemerintah dan Badan Dunia)?
Jawab ;
Kriteria menurut Pemerintah :
1. Tidak miskin , adalah mereka yang
pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp
350.610.
2. Hampir tidak miskin dengan
pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. Rp350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d.
Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya
mencapai 27,12 juta jiwa.
3. Hampir miskin dengan pengeluaran
per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d
Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya
mencapai 30,02 juta
4. Miskin dengan pengeluaran per
orang perbulan per kepala Rp 233.740.- kebawah atau sekitar Rp7.780.- kebawah
per orang per hari. Jumlahnya mencapai
31 juta
5. Sangat miskin (kronis) tidak
ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui
dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun,diperkirakan mencapai sekitar 15 juta .
-
Kriteria menurut badan-badan dunia :
1.
Kemiskinan leboh banyak ditemui di pedesaan daripada diperkotaan
2.
Kemiskinan berkorelasi terhadap jumlah anggota keluarga dan berkorelasi
negatif terhadap jumlah
pekerja dalam suatu keluarga
3.
Kemiskinan ditandai dengan rendahnya aset pemilikan keluarga
4.
Pertanian merupakan sumber utama penghasilan keluarga miskin
5.Bagaimana perkembangan agama di Indonesia?
Jawab :
agama di Indonesia yang di akui
yaitu:
1. ISLAM
Etika Islam datang di Indonesia,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha,
sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1.
Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.
Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
2. KRISTEN
Sejarah Agama Kristen di Indonesia
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3. Setelah kolonialisme Belanda
Sebelum Kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia
Saat Kolonialisme Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
Setelah Kolonialisme Belanda
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3. Setelah kolonialisme Belanda
Sebelum Kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia
Saat Kolonialisme Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
Setelah Kolonialisme Belanda
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
3. KHATOLIK
Ada
dugaan bahwa agama Kristen sudah sampai ke Indonesia lebih seribu tahun lalu. Tetapi
data sejarah yang ada mengungkapkan bahwa agama Kristen masuk ke Indonesia
bersamaan dengan datangnya bangsa barat pada Abad XVI. Kemudia orang Indonesia
mulai masuk Kristen kali pertama di Maluku, oleh pekerjaan imam Gereja Roma
Katolikyang datang bersama pedagang Portugis. Pada masa itu terjadi persaingan
antar kekuatan politik,dengan bangsa belanda yang notabennya Kristen Protestan.
Persaingan itu akhirnya dimenagkan oleh Belanda dengan perusahaan dagang VOC.
Pihak portugis terusir meninggalkan jemaat-jemaat Roma Katolik yang kemudian besarnya diprotestankan. Setelah peristiwa ini, kemudian Gereja
Protestanlah yang lebih pesat perkembangannya di Indonesia.
Pada abad XVIII VOC bangkrut dan
membubarkan diri yang diakibatkan karena korupsi pegawainya. Kemudian
pemerintah kolonial menangani secara langsung kehidupan umat Kristen dengan
membentuk suatu gereja Protestan pemerintah-Inische Kerrk- tepatnya
pada tahun 1835. Dari Inische Kerrkinilah lahir Gereja-gereja
Etnis yang besar di Indonesia bagian Timur, yaitu Gereja Masehi Injili
Minahasa, gereja Protestan Maluku, dan Gereja Masehi Injili di Timor.
Jemaat-jemaat lainya tergabung dalam satu sinode tersendiri, yaitu Gereja
protestan di Indonesia bagian Barat.
Meskipun demikian, ternyata
perlahan tapi pasti gereja katolikpun masih ikut berkembang dan masih eksis
sampai sekarang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah gereja katolik yangterdapat
di 33 (34) wilayah di Indonesia. Dengan lebih kurang lima juta anggota Gereja.
4. HINDU
Masuknya agama Hindu ke Indonesia
terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti
tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan
diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan
pada waktu itu yang menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati
dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan
bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa
Siwa. Tempat itu disebut dengan “Vaprakeswara”.
Masuknya agama Hindu ke
Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman
prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama
yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya
kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan
Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan
diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu,
Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa
Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu
didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman adalah Raja
Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak
kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa
Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan
diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut,
maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri
Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu
berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di
lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa
dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan
atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai
Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan
dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa.
Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576
Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat
tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri
Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan
Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan
Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun
856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa
Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang
berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang
pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760
Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta
dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan.
Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai
peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947
munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa,
yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian
sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah
Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah
penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di
Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama
Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab
Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab
Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman
kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari
sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah
masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi
seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan
dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi
Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga
munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu
berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad
ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga
adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di
Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan
datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh
Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman
sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan
Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa.
Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan
Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan
Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu
selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada ke Bali (tahun 1343) sampai akhir
abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan
pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan
dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa
beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang
bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu
(Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah
runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat
mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan
adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud
Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga
Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di
Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha
tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis
Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu
berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang
menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan
umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha
Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali
dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya
menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
5. BUDHA
Agama
Buddha bagi bangsa Indonesia sebenarnya bukanlah agama baru. Ratusan
Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan hidup dan kepribadian
bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maratam
Purba dan keprabuan Majapahit.
Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman lampau. Sekitar tahun 423 M Bhiksu Gunawarman datang ke negri Cho- Po (jawa) untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ternyata ia memperoleh perlindungan dari penguasa setempat, sehingga misinya
menyebar luaskan ajaran Buddha berjalan lancar. semua ini tercatat di dalambuku Gunawarman dan jika di dasarkan pada buku ini maka kemungkinan besar ia adalah seorang perintid pengembangan agama Buddha di Indonesia pada zaman tersebut. Agama Buddha Dalam Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan Belanda, di Indonesia hanya dikenal adanya tiga agama yakni agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut. Hal ini adalah salah satu sikap Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu. Dengan demikian agama Buddha dapat dikatakan sudah sima di bumi Indonesia, tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman lampau. Sekitar tahun 423 M Bhiksu Gunawarman datang ke negri Cho- Po (jawa) untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ternyata ia memperoleh perlindungan dari penguasa setempat, sehingga misinya
menyebar luaskan ajaran Buddha berjalan lancar. semua ini tercatat di dalambuku Gunawarman dan jika di dasarkan pada buku ini maka kemungkinan besar ia adalah seorang perintid pengembangan agama Buddha di Indonesia pada zaman tersebut. Agama Buddha Dalam Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan Belanda, di Indonesia hanya dikenal adanya tiga agama yakni agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut. Hal ini adalah salah satu sikap Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu. Dengan demikian agama Buddha dapat dikatakan sudah sima di bumi Indonesia, tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda di Jakarta didirikan Perhimpunan Theosofi oleh orang-orang Belanda terpelajar. Tujuan dari Theosofi ini mempelajari inti kebjaksanaan semua agama dan untuk menciptakan inti persaudaraan yang universal. Theosofi mengajarkan pula kebijaksanaan dari agama Buddha, di mana seluruh anggota Thesofi tanpa memandang perbedaan agama, juga mempelajari
agama Buddha. Dari ceramah-ceramah dan meditasi agama Buddha yang diberikan di Loji Theosofi di Jakarta, Bandung, Medan, Yogyakarta, Surabaya dan sebagainya, agama Buddha mulai dikenal, dipelajari dan dihayati. Dari sini lahirlah penganut agama Buddha di Indonesia, yang setelah Indonesia merdeka mereka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia.
Perkembangan Agama Buddha Sejak
Kemerdekaan R.I.
Perhimpunan Theosofi y.ang bertujuan untuk membina persaudaraan universal melalui penghayatan pengetahuan tentang semua agama termasuk agama Buddha, telah menarik perhatian dan minat orang-orang Indonesia terpelajar. Dari mempelajari agama Buddha kemudian timbullah dorongan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Buddha. Dari sinilah bermulanya orang-orang Indonesia terpelajar mengenal agama Buddha sampai akhirnya menjadi penganut Buddha
Dharma. Orang-orang Indonesia terpelajar yang kemudian menjadi umat Buddha melalui Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, Ida Bagus Jelanti, The Boan An, Drs. Khoe Soe Khiam, Sadono, R.A. Parwati, Ananda Suyono, I Ketut Tangkas, Slamet Pudjono, Satyadharma, lbu Jamhir, Ny. Tjoa Hm Hoey, Oka Diputhera dan lain-lainnya. Meskipun theosofi tidak bertujuan untuk membangkitkan kembali agama Buddha narnun dari theosofi ini lahir penganut agama Buddha yang kemudian
setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia. Karena itu baik Perhimpunan Theosofi Indonesia maupun Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia secara tidak langsung mempunyai andil yang besar dalam kebangkitan kembali agama Buddha di
Indonesia.
Perhimpunan Theosofi y.ang bertujuan untuk membina persaudaraan universal melalui penghayatan pengetahuan tentang semua agama termasuk agama Buddha, telah menarik perhatian dan minat orang-orang Indonesia terpelajar. Dari mempelajari agama Buddha kemudian timbullah dorongan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Buddha. Dari sinilah bermulanya orang-orang Indonesia terpelajar mengenal agama Buddha sampai akhirnya menjadi penganut Buddha
Dharma. Orang-orang Indonesia terpelajar yang kemudian menjadi umat Buddha melalui Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, Ida Bagus Jelanti, The Boan An, Drs. Khoe Soe Khiam, Sadono, R.A. Parwati, Ananda Suyono, I Ketut Tangkas, Slamet Pudjono, Satyadharma, lbu Jamhir, Ny. Tjoa Hm Hoey, Oka Diputhera dan lain-lainnya. Meskipun theosofi tidak bertujuan untuk membangkitkan kembali agama Buddha narnun dari theosofi ini lahir penganut agama Buddha yang kemudian
setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia. Karena itu baik Perhimpunan Theosofi Indonesia maupun Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia secara tidak langsung mempunyai andil yang besar dalam kebangkitan kembali agama Buddha di
Indonesia.
6. KONGHUCU
Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (disingkat MATAKIN) adalah
sebuah organisasi yang mengatur perkembangan
agama Khonghucu diIndonesia. Organisasi ini didirikan pada
tahun 1955.
Keberadaan
umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di
Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan
dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah
air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kokyang berlangsung sekitar abad
ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga Agama
Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau
tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara .
Kehadiran
Agama Khonghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad
lamanya, Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada
tahun 1819 . DiSurabaya didirikan tempat ibadah Agama Khonghucu yang
disebut mula-mula : Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar kembali dan disebut
sebagai Boen Bio pada tahun 1906. Sampai dengan sekarang Boen Bio
yang terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya masih terpelihara dengan baik
dibawah asuhan Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) “Boen Bio” Surabaya.
Di Sala didirikan Khong
Kauw Hwee sebagai Lembaga Agama Khonghucu pada tahun 1918. Pada tahun 1923
telah diadakan Kongres pertama Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat
Agama Khonghucu) di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih
kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal 25 September1924 di
Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas tentang Tata Agama
Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara.
-
Agama
Khonghucu di zaman Orde Baru
Di
zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau
kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak
pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai
pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan
politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk
kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang
diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha.
klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa
juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang
merupakan tempat ibadah agama Buddha.
6.Apa yang dimaksud dengan toleransi beragama dan bagaimana kita menghadapinya?
Jawab :
Toleransi
beragama adalah menghargai atau tidak menghina agama yang lainnya, dan
memberikan kesempatan untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
Kita tidak boleh menghina atau sebagainya terhadap agama-agama yang lain,
Karena di Indonesia ini memiliki hak bebas untuk beragama.
7.Apakah menurut anda bangsa Indonesia masih terjadi diskriminasi? Berikan contohnya !
Jawab :
walaupun
Negara Indonesia merupakan Negara demokrasi, tapi masih terjadi berbagai
tindakan diskriminasi baik dari segi hukum, sosial, dan ekonomi. Salah satu
contohnya adalah pelayanan di rumah sakit terhadap pasien yang mempunyai
keadaan ekonomi yang memprihatinkan lebih tidak diperhatikan ketimbang pasien
yang dapat dikatakan keadaan ekonominya diatas rata-rata bahkan terkadang hanya
di beri perawatan di ruang tunggu.
http://helmirifkirizkullah.wordpress.com/
8.Menurut pendapat anda bangsa yahudi / Israel saat ini menganut etnosentrime?
Jawab:
Menurut saya bangsa Yahudi atau
Israel masih menganut Etnosentrisme, karena bangsa tersebut masih memandang rendah
budaya-budaya bangsa yang lain dengan memandingkan sesuatu dengan budayanya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar