Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi
Budaya
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam"
di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur - unsur
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
- Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
- alat-alat
teknologi
- sistem
ekonomi
- keluarga
- kekuasaan
politik
- Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
- sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- organisasi
ekonomi
- alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
- organisasi
kekuatan (politik)
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
- Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
- Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnyakonkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
- Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. - Sebagai
contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan
(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
- Kebudayaan
material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
- Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. - Lembaga
social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier - Sistem
kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. - Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut. - Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Hubungan Antara
Unsur-Unsur Kebudayaan
Komponen-komponen
atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
Peralatan
dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut
cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan
dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem
peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
- alat-alat
produktif
- senjata
- wadah
- alat-alat
menyalakan api
- makanan
- pakaian
- tempat
berlindung dan perumahan
- alat-alat transportasi
Sistem
mata pencaharian
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
Sistem
kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan
bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat
dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan.
Kekerabatan
adalah unit-unit sosial yang
terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu,
kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam
kajian sosiologi-antropologi,
ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga
ambilineal, klan, fatri,
dan paroh masyarakat.
Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga
inti, keluarga luas, keluarga
bilateral, dan keluarga
unilateral.
Sementara
itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Sebagai makhluk yang
selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri.
Bahasa
Bahasa adalah
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,
dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra),
mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.
Sistem
Kepercayaan
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad
raya ini,
yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau
sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama
dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris: Religion,
yang berasar dari bahasa
Latinreligare, yang berarti
"menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam
sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion(Kamus
Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
...
sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang
terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.
Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama
Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga memengaruhi kesenian.
Agama
Samawi
Tiga
agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama
Samawi atau agama Abrahamik. Ketiga agama
tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan
yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang
besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah
salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik dan salah satu
agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilai-nilai dan sejarah
umat Yahudi yang
juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam.
Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen (Protestan dan Katolik)
adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun
terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsufKristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus.
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen
di seluruh dunia.
Islam memiliki
nilai-nilai dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur
Tengah dan Afrika
Utara, dan sebagian wilayah Asia
Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk
agama Islam di dunia.
Agama
dan filsafat dari Timur
Agama
dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia.
Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan
menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah
sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang
menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet,
China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme
menyebar di sekitar Asia
Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China,
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India,
mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India
lainnya, Carvaka,
menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu
dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina,
memengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh
Asia.
Pada
abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran
filosofi politik tercipta. Mahatma
Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa,
inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina,
dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada
periode yang sama, filosofi komunisme Mao
Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat
kuat di China.
Agama
tradisional
Agama
tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang",
dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika,
dan Amerika.
Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam
kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto.
Seperti
kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia
akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah
dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
"American
Dream"
American Dream,
atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah
kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika
Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan,
dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status
sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Gagasan
ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas
bukit" (atau city upon a hill"),
"cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),yang
memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah
Eropa sampai generasi berikutnya.
Pernikahan
Agama
sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja
Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya
memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti
bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat
hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai
bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat
dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan
sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian,
namun memperbolehkannya.
Sistem
ilmu dan pengetahuan
Secara
sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki
oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan
yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem
pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
- pengetahuan
tentang alam
- pengetahuan
tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di
sekitarnya
- pengetahuan
tentang tubuh manusia, pengetahuan
tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
- pengetahuan
tentang ruang dan waktu
Perubahan
sosial budaya
Perubahan
sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing.
Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat.
Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Ada
tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
- tekanan
kerja dalam masyarakat
- keefektifan
komunikasi
- perubahan
lingkungan alam.
Perubahan
budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,
berakhirnya zaman es berujung pada
ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian
memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Penetrasi
kebudayaan
Yang
dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetrasi
damai (penetration pasifique)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke
Indonesia[rujukan?].
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi
memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini
pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah
bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan
India. Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesisadalah
bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan
baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi
kekerasan (penetration violante)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada
zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan
goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat[rujukan?].
Wujud
budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama
350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara
lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
Cara
pandang terhadap kebudayaan
Kebudayaan
sebagai peradaban
Saat
ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan
di Eropa pada
abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini
merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan
daerah-daerah yang dijajahnya.
Mereka
menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari
"alam".
Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat
diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan
lainnya.
Pada
prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang
"elit" seperti misalnya memakai baju yang
berkelas, fine
art, atau mendengarkanmusik
klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan
untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari
aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai
contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang
"berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional
dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul
anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".
Orang
yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan
menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini,
seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang
"berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak
berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain."
Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam,"
dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan
tingkat tinggi (high culture) untuk
menekan pemikiran "manusia alami"
(human nature)
Sejak
abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan
dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi
pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang
mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia.
Dalam
hal ini, musik tradisional (yang
diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan
hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai
suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat
ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan
dengan alam dan konsep monadik yang
pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap
"tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama -
masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat
sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas
yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
Kebudayaan
sebagai "sudut pandang umum"
Selama Era
Romantis, para cendekiawan di Jerman,
khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme -
seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman,
dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran
Austria-Hongaria - mengembangkan sebuah gagasan
kebudayaan dalam "sudut pandang umum".
Pemikiran
ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki
perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan.
Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara
"berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau
kebudayaan "primitif."
Pada
akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah
memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas.
Bertolak dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada
tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan
perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek
penelitian oleh para ahli sosiologi.
Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan
perusahaan - perbedaan dan bakat dalam konteks
pekerja organisasi atau tempat
bekerja.
Kebudayaan
sebagai mekanisme stabilisasi
Teori-teori
yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari
stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran
bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.
Kebudayaan
di antara masyarakat
Sebuah
kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau
biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki
sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan,
pandangan politik dangender,
Ada
beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat
tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan
minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli,
keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan
yang berkuasa.
- Monokulturalisme:
Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan
sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling
bekerja sama.
- Leitkultur (kebudayaan
inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman.
Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya
sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam
masyarakat asli.
- Melting Pot:
Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli
tanpa campur tangan pemerintah.
- Multikulturalisme:
Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk
menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai
dengan kebudayaan induk.
Kebudayaan
menurut wilayah
Seiring
dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan
kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan
teknologi dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi,
dan agama.
Afrika
Beberapa
kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti
kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak
terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan Islam.
Amerika
Kebudayaan
di benua Amerika dipengaruhi
oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika
Serikat), dan para imigran Eropaterutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman,
dan Belanda.
Asia
Asia memiliki
berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari
kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain,
seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea,
dan Vietnam.
Dalam
bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak
memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islamjuga
turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia
Selatan dan tenggara.
Australia
Kebanyakan
budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika.
Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan
dengan lingkungan benua Australia,
serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan
Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya.
Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat".
Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan
banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia.
Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini
juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen,
meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Timur
Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan
didaerah Timur Tengah dan Afrika
Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh
nilai dan norma agama Islam,
meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.
Referensi
- ^ a b c Human
Communication: Konteks-konteks Komunikasi
- ^ Deddy
Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja
Rosdakarya.hal.25
- ^ Reese,
W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and
Western Thought, p. 488.
- ^ Dari bahasa
Arab, artinya: "agama langit";
karena dianggap diturunkan dari langit berupa wahyu.
- ^ Karena
dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno
dan ditelusuri oleh para pemeluknya kepada tokoh Abraham/Ibrahim,
yang juga disebutkan dalam kitab-kitab suci ketiga agama tersebut.
- ^ (PDF) Annual
Assessment, Jewish People Policy Planning
Institute (Jewish
Agency for Israel), 25 Mei 2007, hlm. 15,
based on American
Jewish Year Book. 106. American
Jewish Committee. 25 Mei 2006.
- ^ Adherents.com –
Number of Christians in the world
- ^ Miller,
Tracy, ed. (2009) (PDF), Mapping
the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of
the World’s Muslim Population, Pew
Research Center, hlm.4"
- ^ Boritt,
Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p.
1.
- ^ Ronald
Reagan. "Final
Radio Address to the Nation".
- ^ O'Neil,
D. 2006. "Processes
of Change".
Daftar pustaka
- Arnold,
Matthew. 1869. Culture
and Anarchy. New York: Macmillan. Third
edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.
- Barzilai,
Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal
Identities.University of Michigan Press.
- Boritt,
Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream.
University of Illinois Press. ISBN
978-0-252-06445-6.
- Bourdieu,
Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge
University Press. ISBN
978-0-521-29164-4
- Cohen,
Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge:
New York,
- Dawkiins,
R. 1982. The
Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback
ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN
978-0-19-288051-2
- Forsberg,
A. Definitions
of culture CCSF Cultural
Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29.
- Geertz,
Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays.
New York. ISBN
978-0-465-09719-7.
"Ritual
and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist,
Vol. 59, No. 1. — 1957.
- Goodall,
J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge,
MA: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN
978-0-674-11649-8
- Hoult,
T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New
Jersey, United States: Littlefield, Adams & Co.
- Jary,
D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New
York: HarperCollins. ISBN
0-06-271543-7
- Keiser,
R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets.
Holt, Rinehart, and Winston. ISBN
978-0-03-080361-1.
- Kroeber,
A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of
Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum
- Kim,
Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An
integrated analysis." In D. Matsumoto (Ed.), Handbook of
culture and psychology. Oxford: Oxford University Press
- Middleton,
R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University
Press. ISBN
978-0-335-15275-9.
- Rhoads,
Kelton. 2006. The
Culture Variable in the Influence Equation.
- Tylor,
E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of
mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York:
Gordon Press. First published in 1871.ISBN
978-0-87968-091-6
- O'Neil,
D. 2006. Cultural
Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences
Department, Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.
- Reagan,
Ronald. "Final
Radio Address to the Nation", January 14, 1989.
Retrieved June 3,2006.
- Reese,
W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and
Western Thought.New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.
- UNESCO.
2002. Universal
Declaration on Cultural Diversity, issued on International
Mother Language Day, February 21, 2002.
Retrieved: 2006-06-23.
- White,
L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New
York: Farrar, Straus and Giroux.
- Wilson,
Edward O. (1998). Consilience:
The Unity of Knowledge. Vintage:
New York. ISBN
978-0-679-76867-8.
- Wolfram,
Stephen. 2002 A
New Kind of Science. Wolfram
Media, Inc. ISBN
978-1-57955-008-0