yang saya akan ceritakan sekarang ini ada transportasi besar yang tangguh
sekilas hanya biasa saja tapi tidak sedikita yang menggemari kendaraan jumbo ini bahkan mereka mempunya perkumpulan seperti BMC (bis mania comunity) dan banyak lainnya orang yang kurang suka dengan kendaraan ini ada yang berkata semua bis bentuknya sama,tapi banyak nama perusahaan body atau karoseri yang beroperasi
dan inilah sedikit cerita yang di kutip dari ; http://www.haltebus.com/detail111.html
DUA PUSAKA TRANSPORTASI JAKARTA 30 September 2011 (Jakarta – haltebus.com) Tak banyak orang yang mengetahui asal-muasal sejarah transportasi di Jakarta. Sebagai ibukota Negara, Jakarta sudah menata diri sejak tahun 1960-an. Dua unit bus dari generasi pertama peremajaan bus di kota ini, masih beroperasi hingga kini. Hampir empat puluh tahun beroperasi. Bus milik Perum Pengangkutan Djakarta ini masih bersliweran di jalan-jalan ibukota. Namun, bus-bus ber-Karoseri Superior sudah berubah fungsi dari bus penumpang menjadi bus penolong. Kedua bus, hanya beroperasi jika ada bus-bus kota PPD yang mengalami kerusakan Bentuknya persis seperti roti tawar. Bagian depan dan belakang rata, dengan pinggiran atap bus yang lengkung. Bagian dindingnya khas. Tidak seperti bus-bus sekarang yang terlihat licin dan mulus, bus Superior edisi ini terlihat berkontur seperti drum kaleng. Jika diperhatikan detail, ternyata bus keluaran tahun 1970-an ini sudah dilengkapi pintu darurat. Letaknya pun sama, di dinding kanan bus bagian belakang. Dari dua bus yang ada, yang masih tergolong terpelihara bus keasliannya bernomor bodi 776. Dengan empat buah lampu kotak yang unik dengan dua rumah lampu. Di bagian jendela bus, ciri khas bus tahun 1970-an masih nampak jelas. Jendela geser ke bawah, untuk membuka dan digeser ke atas untuk menutupnya. Yang tak kalah uniknya adalah dua unit pintu geser. Dengan empat daun di masing-masing pintu, untuk membuka masing-masing dua daun pintu digeser ke kiri dan kanan. Bus-bus di era 1980-an hingga kini menggunakan pintu geser ke satu sisi saja yakni ke kiri saja. Pintu geser dua arah baru-baru ini saja digunakan untuk bus pengumpan Transjakarta. Di sisi interior, box panel-panel lampu dan paperalatan lain juga masih ada di sisi kanan pengemudi. Salah satu bus, masih mempertahankan kursi fiber di dalam kabin. Atap bagian dalam yang juga terlihat melengkung tak dilapisi apapun. Jika kita amati lebih lekat, tak ada pintu di sisi pengemudi. Bayangkan fasilitas pintu darurat dan tanpa pintu di sisi pengemudi sudah ada sejak tahun 1970-an. Regulasi Kementerian Perhubungan ini, baru belakangan kembali diterapkan oleh bus-bus baik bus kota maupun bus Antar Kota. Bus berlambung 776 juga pernah mengikuti acara Reuni Bus Klasik. Acara yang digagas sebuah komunitas penggemar bus di Jakarta,Jakarta Bus Society untuk memberi apresiasi pada bus-bus tua yang masih dirawat para pemiliknya. Mantan Menteri Perhubungan, Giri Suseno menjelaskan, pengadaan bus-bus PPD ini dilakukan tahun 1971 -1973. Bus Mercedes-Benz didatangkan untuk meremajakan bus Dodge bantuan USAID yang sudah beroperasi sejak 1961. ”Saya waktu itu menjadi tim pengkaji transportasi kota Jakarta, karena itu saya masih ingat betul,” kata dia mengenang. Kedua bus ini menjadi saksi bisu sejarah lika-liku cerita di seputar bus kota di Jakarta. Sejak penambahan dan peremajaan bus kota, alias saat keduanya beroperasi di tahun 1971 – 1973 yang disambut kemelut tarif bus ibukota. Sempat pula terjadi penarikan bus kota dari perusahaan swasta di tahun 1979. Di tahun 1980-an keduanya mengalami era hidup matinya bus kota Jakarta, hingga satu per satu bus-bus seperti GAMADI, Saudaranta, Pelita Mas Jaya, Medal Sekar Wangi,dan Arion Transport mundur dari jalan-jalan di Jakarta. Puncaknya, krisis keuangan yang berawal sejak 1996-an akhir hingga 1997 yang juga melibas banyak lagi bus kota di Jakarta. Ini artinya, tiga masa surut dunia transportasi bus kota mereka lalui, dekade 70-an, 80-an dan 90-an. Kini setelah memasuki dekade keempat, seperti nama pembuatnya, dua bus PPD ini masih Superior di era Transjakarta. Keberadaan kedua bus ini membuktikan, bahwa bus tidak terlepas dari sejarah perkembangan masyarakat, meskipun hanya sekedar alat transportasi. Tidak hanya itu, guratan-guratan yang ada pada bus juga menandai teknologi bus empat puluh tahun yang lalu. Bahkan, untuk kalangan tertentu bus bisa menyentuh sisi sentimentil mereka. Sepasang suami istri bahkan sempat berkaca-kaca ketika melihat bus PPD bernomor bodi 776 dalam acara Reuni Bus Klasik berlangsung 26 Maret 2011 lalu di Kemayoran. Bersama suami dan anaknya yang sudah dewasa, sambil menitikkan air mata sang istri berujar, ”Saat kami berpacaran, kami sering naik bus seperti ini.” (mai/foto-foto: mai) sumber ; http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi http://www.haltebus.com/detail111.html |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar